Artikel Kimia |
Why a certain materials properties has conductivity properties Posted: 20 Oct 2011 11:00 PM PDT The valence electrons are bound to individual atoms, as opposed to conduction electrons (found in conductors and semiconductors), which can move freely within the atomic lattice of the material. On a graph of the electronic band structure of a material, the valence band is located below the conduction band, separated from it in insulators and semiconductors by a band gap. In metals, the conduction band has no energy gap separating it from the valence band. ConductivityA conductivity allows an electric current to flow through it equally well in either direction. The amount of current which flows depends only on the amount of resistance of the conductor and on the amount of voltage applied across it. The direction of flow can always be considered as being from the positive to the negative pole of the source of the voltage applied, so the direction of flow through a conductor is always determined by which end of the conductor is connected to the positive pole of the source. SemiconductivityThe overlapping depends on the interatomic distance (rd) and also on the energy level of the orbitals. If (rd) is large or the orbitals are of large energy level then there may be small overlapping or no overlapping leaving a band gap (Eg). The electrical conductivity of a metal depends on its capability to flow electrons from valence band to conduction band. Hence in case of a metal with large overlapped region the electrical conductivity is high along with good metallic property. If there is a small forbidden zone then the flow of electron from valence to conduction band is only possible if an external energy (thermal etc.) is supplied and these groups with small Eg are called semiconductivity. SuperconductivitySuperconductivity is an electrical resistance of exactly zero which occurs in certain materials below a characteristic temperature. It was discovered by Heike Kamerlingh Onnes in 1911. Like ferromagnetism and atomic spectral lines, superconductivity is a quantum mechanical phenomenon. It is also characterized by a phenomenon called the Meissner effect, the ejection of any sufficiently weak magnetic field from the interior of the superconductor as it transitions into the superconducting state. The occurrence of the Meissner effect indicates that superconductivity cannot be understood simply as the idealization of “perfect conductivity” in classical physics. The electrical resistivity of a metallic conductor decreases gradually as the temperature is lowered. However, in ordinary conductors such as copper and silver, this decrease is limited by impurities and other defects. Even near absolute zero, a real sample of copper shows some resistance. Despite these imperfections, in a superconductor the resistance drops abruptly to zero when the material is cooled below its critical temperature. An electric current flowing in a loop of superconducting wire can persist indefinitely with no power source |
Peranan DNA Fingerprinting Dalam Forensik Posted: 20 Oct 2011 02:20 PM PDT DNA fingerprinting merupakan metode baru yang paling efektif yang digunakan dalam ilmu forensik di Indonesia. DNA fingerprinting mulai diketahui banyak orang setelah digunakan untuk identifikasi korban-korban dari pengeboman yang pernah terjadi di Indonesia. Penggunaan DNA fingerprinting masih terbilang sangat terbatas di Indonesia apabila dibandingkan dengan negara-negara maju. Hal tersebut dikarenakan anggaran yang diperlukan untuk penerapan metode ini sangat besar dan SDM forensik itu sendiri masih sangat terbatas. Metode DNA fingerprint memberikan keakuratan hasil hampir 100% dibandingkan metode yang telah sering dipakai sebelumnya seperti proses biometri, yaitu identifikasi menggunakan sidik jari, retina mata, susunan gigi, bentuk tengkorak kepala serta bagian tubuh lainnya. DNA FingerprintingAsam deoksiribonukleat (DNA) adalah salah satu jenis asam nukleat. Asam nukleat merupakan senyawa-senyawa polimer yang menyimpan semua informasi tentang genetika. DNA fingerprinting (penetapan sidik jari DNA) biasa juga disebut dengan DNA profiling (penetapan profil DNA). DNA fingerprinting merupakan aplikasi dari hasil penemuan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR), yang merupakan gambaran pola potongan DNA dari setiap individu. DNA yang biasa digunakan dalam tes adalah DNA mitokondria dan DNA inti sel. DNA yang paling akurat untuk tes adalah DNA inti sel karena inti sel tidak bisa berubah sedangkan DNA dalam mitokondria dapat berubah karena berasal dari garis keturunan ibu, yang dapat berubah seiring dengan perkawinan keturunannya. Dalam kasus-kasus kriminal, penggunaan kedua tes DNA diatas, bergantung pada barang bukti apa yang ditemukan di Tempat Kejadian Perkara (TKP). Seperti jika ditemukan puntung rokok, maka yang diperiksa adalah DNA inti sel yang terdapat dalam epitel bibir karena ketika rokok dihisap dalam mulut, epitel dalam bibir ada yang tertinggal di puntung rokok. Epitel ini masih menggandung unsur DNA yang dapat dilacak. Untuk kasus pemerkosaan diperiksa spermanya tetapi yang lebih utama adalah kepala spermatozoanya yang terdapat DNA inti sel didalamnya. Sedangkan jika di TKP ditemukan satu helai rambut maka sampel ini dapat diperiksa asal ada akarnya. Namun untuk DNA mitokondria tidak harus ada akar, cukup potongan rambut karena diketahui bahwa pada ujung rambut terdapat DNA mitokondria sedangkan akar rambut terdapat DNA inti sel. Bagian-bagian tubuh lainnya yang dapat diperiksa selain epitel bibir, sperma dan rambut adalah darah, daging, tulang dan kuku. Metode analisis DNA fingerprintingSistematika dari analisis DNA fingerprinting dimulai dari proses pengambilan sampel sampai ke analisis dengan PCR. Tahap-tahap yang dilakukan pada analisis DNA fingerprinting tersebut adalah sebagai berikut: DAFTAR PUSTAKA |
You are subscribed to email updates from Artikel Kimia To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar