Artikel Kimia |
Why a certain materials properties has conductivity properties Posted: 18 Oct 2011 10:59 PM PDT The valence electrons are bound to individual atoms, as opposed to conduction electrons (found in conductors and semiconductors), which can move freely within the atomic lattice of the material. On a graph of the electronic band structure of a material, the valence band is located below the conduction band, separated from it in insulators and semiconductors by a band gap. In metals, the conduction band has no energy gap separating it from the valence band. ConductivityA conductivity allows an electric current to flow through it equally well in either direction. The amount of current which flows depends only on the amount of resistance of the conductor and on the amount of voltage applied across it. The direction of flow can always be considered as being from the positive to the negative pole of the source of the voltage applied, so the direction of flow through a conductor is always determined by which end of the conductor is connected to the positive pole of the source. SemiconductivityThe overlapping depends on the interatomic distance (rd) and also on the energy level of the orbitals. If (rd) is large or the orbitals are of large energy level then there may be small overlapping or no overlapping leaving a band gap (Eg). The electrical conductivity of a metal depends on its capability to flow electrons from valence band to conduction band. Hence in case of a metal with large overlapped region the electrical conductivity is high along with good metallic property. If there is a small forbidden zone then the flow of electron from valence to conduction band is only possible if an external energy (thermal etc.) is supplied and these groups with small Eg are called semiconductivity. SuperconductivitySuperconductivity is an electrical resistance of exactly zero which occurs in certain materials below a characteristic temperature. It was discovered by Heike Kamerlingh Onnes in 1911. Like ferromagnetism and atomic spectral lines, superconductivity is a quantum mechanical phenomenon. It is also characterized by a phenomenon called the Meissner effect, the ejection of any sufficiently weak magnetic field from the interior of the superconductor as it transitions into the superconducting state. The occurrence of the Meissner effect indicates that superconductivity cannot be understood simply as the idealization of “perfect conductivity” in classical physics. The electrical resistivity of a metallic conductor decreases gradually as the temperature is lowered. However, in ordinary conductors such as copper and silver, this decrease is limited by impurities and other defects. Even near absolute zero, a real sample of copper shows some resistance. Despite these imperfections, in a superconductor the resistance drops abruptly to zero when the material is cooled below its critical temperature. An electric current flowing in a loop of superconducting wire can persist indefinitely with no power source |
Bagaimana Cara Identifikasi Alkaloid Indol Posted: 18 Oct 2011 06:11 PM PDT Dua metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi tanaman yang mengandung alkaloid. Prosedur Wall, meliputi ekstraksi sekitar 20 gram bahan tanaman kering yang direfluks dengan 80% etanol. Setelah dingin dan disaring, residu dicuci dengan 80% etanol dan kumpulan filtrat diuapkan. Residu yang tertinggal dilarutkan dalam air, disaring, diasamkan dengan asam klorida 1% dan alkaloid diendapkan baik dengan pereaksi Mayer atau dengan Siklotungstat. Bila hasil tes positif, maka konfirmasi tes dilakukan dengan cara larutan yang bersifat asam dibasakan, alkaloid diekstrak kembali ke dalam larutan asam. Jika larutan asam ini menghasilkan endapan dengan pereaksi tersebut di atas, ini berarti tanaman mengandung alkaloid. Fasa basa berair juga harus diteliti untuk menentukan adanya alkaloid quartener. Prosedur Kiang-Douglas agak berbeda terhadap garam alkaloid yang terdapat dalam tanaman (lazimnya sitrat, tartrat atau laktat). Bahan tanaman kering pertama-tama diubah menjadi basa bebas dengan larutan encer amonia. Hasil yang diperoleh kemudian diekstrak dengan kloroform, ekstrak dipekatkan dan alkaloid diubah menjadi hidrokloridanya dengan cara menambahkan asam klorida 2 N. Filtrat larutan berair kemudian diuji terhadap alkaloidnya dengan menambah pereaksi mayer,Dragendorff atau Bauchardat. Perkiraan kandungan alkaloid yang potensial dapat diperoleh dengan menggunakan larutan encer standar alkaloid khusus seperti brusin. Beberapa pereaksi pengendapan digunakan untuk memisahlkan jenis alkaloid. Pereaksi sering didasarkan pada kesanggupan alkaloid untuk bergabung dengan logam yang memiliki berat atom tinggi seperti merkuri, bismuth, tungsen, atau jood. Pereaksi mayer mengandung kalium jodida dan merkuri klorida dan pereaksi Dragendorff mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berair. Pereaksi Bouchardat mirip dengan pereaksi Wagner dan mengandung kalium jodida dan jood. Pereaksi asam silikotungstat menandung kompleks silikon dioksida dan tungsten trioksida. Berbagai pereaksi tersebut menunjukkan perbedaan yang besar dalam halsensitivitas terhadap gugus alkaloid yang berbeda. Ditilik dari popularitasnya, formulasi mayer kurang sensitif dibandingkan pereaksi wagner atau dragendorff. Kromatografi dengan penyerap yang cocok merupakan metode yang lazim untuk memisahkan alkaloid murni dan campuran yang kotor. Seperti halnya pemisahan dengan kolom terhadap bahan alam selalu dipantau dengan kromatografi lapis tipis. Untuk mendeteksi alkaloid secara kromatografi digunakan sejumlah pereaksi. Pereaksi yang sangat umum adalah pereaksi Dragendorff, yang akan memberikan noda berwarna jingga untuk senyawa alkaloid. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa beberapa sistem tak jenuh, terutama koumarin dan α-piron, dapat juga memberikan noda yang berwarna jingga dengan pereaksi tersebut. Pereaksi umum lain tetapi kurang digunakan adalah asam fosfomolibdat, jodoplatinat, uap jood, dan antimon (III) klorida. Kebanyakan alkaloid bereaksi dengan pereaksi-pereaksi tersebut tanpa membedakan kelompok alkaloid. Sejumlah pereaksi khusus tersedia untuk menentukan atau mendeteksi jenis alkaloid khusus. Pereaksi Ehrlich (p-dimetilaminobenzaldehide yang diasamkan) memberikan warna yang sangat karakteristik biru atau abu-abu hijau dengan alkaloid ergot. Perteaksi serium amonium sulfat (CAS) berasam (asam sulfat atau fosfat) memberikan warna yang berbeda dengan berbagai alkaloid indol. Warna tergantung pada kromofor ultraungu alkaloid. Campuran feriklorida dan asam perklorat digunakan untuk mendeteksi alkaloid Rauvolfia. Alkaloid Cinchona memberikan warna jelas biru fluoresen pada sinar ultra ungu (UV) setelah direaksikan dengan asam format dan fenilalkilamin dapat terlihat dengan ninhidrin. Glikosida steroidal sering dideteksi dengan penyemprotan vanilin-asam fosfat. Pereaksi Oberlin-Zeisel, larutan feri klorida 1-5% dalam asam klorida 0,5 N, sensitif terutama pada inti tripolon alkaloid kolkisin dan sejumlah kecil 1 μg dapat terdeteksi. Untuk identifikasi alkaloid indol digunakan Pereaksi serium amonium sulfat (CAS) berasam (asam sulfat atau fosfat) memberikan warna yang berbeda dengan berbagai alkaloid indol. Warna tergantung pada kromofor ultraungu alkaloid. |
You are subscribed to email updates from Artikel Kimia To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar